01 February 2008

Bali needs to develop Travel Health

This  article is my opinion originally published in  Bali Post, 31 January 2008.

It suggests that due to close relation between tourism and health and health is one of reasons and major concern for traveling, Bali needs to develop a center of tourism health, involving authority, tourism and health professional.

Bali Perlu Mengembangkan Kesehatan Pariwisata
Oleh dr. I Made Ady Wirawan
HUBUNGAN antara kesehatan dan pariwisata sendiri sudah lama diketahui terutama yang berhubungan dengan berbagai risiko kesehatan yang potensial muncul akibat kontak antara pengunjung dengan lingkungan dan masyarakat penjamu.

Wisatawan melakukan perjalanan karena berbagai alasan seperti bisnis, kongres, pengenalan budaya, eksplorasi lingkungan, pertemuan keluarga, reuni dengan teman, dan yang paling sering adalah untuk kesehatan. Dalam hal ini, pariwisata mampu memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia untuk mengembalikan kesehatan dan kebugaran mental dan fisik. Konferensi PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata tahun 1963 juga mengidentifikasi bahwa kesehatan merupakan salah satu alasan utama untuk melakukan perjalanan wisata. Berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan perjalanan dan pariwisata juga telah berhasil menjembatani World Health Organization (WHO) dan WTO yang kemudian mengembangkan pedoman dalam pengendalian kualitas air untuk minum dan rekreasi, kesehatan transportasi udara dan sanitasi dalam pengembangan pariwisata.

Meskipun demikin aktivitas pariwisata tidak bebas dari risiko terhadap kesehatan. Pariwisata dapat mempengaruhi tidak hanya kesehatan pengunjung tetapi juga kesehatan masyarakat penjamu. Kondisi lingkungan tempat wisata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan wisatawan. Wisatawan umumnya rentan tehadap mikroorganisme karena mereka tidak pernah terpapar di daerah tempat mereka berasal. Kejadian yang muncul umumnya berhubungan dengan konsumsi makanan atau minuman yang tidak higienis yang mengakibatkan gangguan saluran pencernaan.

Masalah tersebut bisa dikontrol secara adekuat melalui penerapan prosedur standar untuk pengelolaan makanan dan sanitasi lingkungan. Lingkungan yang bersih dijadikan indikator kualitas oleh wisatawan karena menunjukkan perhatian otoritas setempat terhadap masalah kesehatan lingkungan.

Kelompok penyakit lain yang berisiko didapatkan oleh wisatawan adalah yang berhubungan atau disebarkan melalui vektor perantara seperti demam berdarah, malaria, dan penyakit infeksi tropis yang lain. Namun, meskipun terdapat begitu banyak risiko kesehatan pada perjalanan dan pariwisata, banyak pula cara yang bisa diterapkan untuk mengurangi atau mengeliminasi risiko tersebut. Hal ini memerlukan usaha sungguh-sungguh oleh pemerintah yang didukung oleh masyarakat sekitar dan wisatawan yang berkunjung. Upaya kedokteran pencegahan, pendidikan dan promosi kesehatan masyarakat termasuk kesehatan lingkungan adalah fundamental dan dapat membawa perubahan sikap dan perilaku yang dapat mengurangi risiko-risiko tersebut.

Uraian-uraian tersebut menunjukkan bahwa meskipun didasari oleh keinginan untuk mengembalikan kebugaran atau kesehatan, aktivitas pariwisata tidak bebas dari risiko terhadap kesehatan itu sendiri. Pariwisata dapat mempengaruhi tidak hanya kesehatan pengunjung tetapi juga kesehatan masyarakat penjamu. Akan tetapi kebanyakan risiko yang muncul dapat dihindari atau dikurangi secara signifikan melalui penerapan konsep-konsep kesehatan lingkungan, pendidikan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit. Pemerintah, pelaku pariwisata dan profesional di bidang kesehatan semuanya memiliki tanggung jawab untuk menjadikan pariwisata sebagai a life-enriching experience di mana wisatawan dapat memanfaatkan waktu secara berkualitas di lingkungan yang sehat serta membangun kenangan dan kesan yang baik. Promosi kesehatan wisatawan haruslah menjadi komponen vital dari promosi pariwisata. Meskipun dalam beberapa hal upaya ke arah itu sudah ada, tetapi masih jauh dari posedur standar. Juga sangat penting bagi para profesional kesehatan untuk menjadi pelopor dan advokat dalam promosi kesehatan wisatawan. Sudah seharusnya pariwisata berorientasi kesehatan di mana penyakit-penyakit dan risiko yang ada bisa dikontrol sebaik mungkin. Sudah saatnya pula Bali memiliki pusat pengembangan kesehatan pariwisata yang melibatkan sektor pemerintah terkait, akademisi, pelaku pariwisata dan profesional kesehatan.

18 comments:

  1. Aku mendukung Bali mengembangkan kedokteran pariwisata. Jadi ga hanya singapore aja yang bisa mengembangkan Medical Tourism, tapi Bali juga.

    ReplyDelete
  2. Wah.. congrat ya Ady..
    Langsung aja dibawa sekalian ke The Jakarta Post.

    regards

    ReplyDelete
  3. partham09:08:00

    Hai kawan,
    dalam pengembangan kesehatan pariwisata di Bali khususnya, maka diharapkan wisatawan yang datang akan merasa aman dan nyaman karena terbebas dari kemungkinan tertular penyakit di Bali. Sebaliknya masyarakat di Bali tidak ada rasa cemas akan terjangkit penyakit yang dibawa oleh wisatawan. Maka disini peran Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk tampil dalam upaya promotif dan preventifnya. Bulan Maret 2008 PS IKM Unud akan menyelenggarakan seminar untuk masalah Kesehatan dan Pariwisata.
    Mari kita galang untuk membangung kesehatan pariwisata di Bali.
    Salam.

    ReplyDelete
  4. >stethoscope guy: medical tourism beda konsep dengan tourism health... medical tourism menjadikan kesehatan sebagai objek pariwisata, sedangkan tourism health, bagimana kita mengelola aspek kesehatan yang mempengaruhi pariwisata
    >wulan: thanks nti coba di translate ke English hehe
    >extremusmilitis: thanks bro
    >dr Partha: thanks dok mudah2an ini menjadi titik awal PSIKM untuk menjadi leading institution dalam pengembangan tourism health. Sukses buat kongresnya!!

    ReplyDelete
  5. oh maap..
    mas, kalo di bali, penyakit apa yang paling sering dibawa oleh wisatawan. dan ada ga penyakit endemis bali yang bakal mungkin akan dibawa wisatawan ke negaranya?
    Sekalian aja medical tourismya diperjuangkan mas..toh Bali akan semakin populer..he2x

    ReplyDelete
  6. » Stethoscope_guy,

    Yang sering di bawa wisman PMS termasuk HIV/AIDS, sedangkan yang dia bisa bawa kenegaranya banyak hehe PMS termasuk HIV/AIDS juga, kalau dia kena penyakit tropis tapi berasal dari negara 4 musim dimana vektor tidak bisa berkembang kayanya ngga ngefek. Hep B mungkin juga bisa di dapat sama penyakit2 yang ngetrend sekarang spt Avian flu dan variannya.
    Sebenarnya sangat mungkin dikembangkan medical tourism, kayanya uda mulai deh ada investor yang jalanin…

    ReplyDelete
  7. makin keren aja blognya, Dok...mohon ilmunya :)

    ReplyDelete
  8. Bener.....mestinya semua daerah di Idonesia yang mau kembangkan pariwisata juga perlu mengembangkan Kesehatan Pariwisata

    ReplyDelete
  9. iya tidak bali saja.. daerah-daerah yang banyak orang asing berkunjung harus lebih serious ngembangin kedokteran pariwisata.. bahkan bisa jadi center pendidikan kedokteran pariwisita

    ReplyDelete
  10. bakal seru seminarnya itu nanti.. :)
    medical tourism-nya sedikit banyak bakal nenangin pihak asuransi kesehatan para turis.. :D
    jd turis jg pd lbh nyaman dan tenang ke bali atau daerah lain di Indonesia

    ReplyDelete
  11. >Rosa: thanks, saya masih belajar
    >dokterearekcilik and yusuf alam: thanks buat supportnya, memang ini adalah cabang ilmu baru tapi intinya mengaplikasikan semua ilmu di medicine dan PH untuk aspek pariwisata, dan center bisa dekembangkan kalau ada perhatian dari otoritas lokal
    >dani: datang ya Dan kalau di Bali
    Info lengkap seminar ini ada di http://usph.wordpress.com

    ReplyDelete
  12. Salam kenal Dokter.Terimakasih atas kunjungan ke blog saya. Saya izin link ya.
    Menarik sekali artikelnya. Fakultas kedokteran Universitas Riau juga telah menyusun kurikulum yang mirip dengan kesehatan pariwisata. Namun kami lingkupnya pariwisata dan industri wilayah pantai dan perairan . Kurikulum seperti ini dapat dijadikan blok elektif dalam KBK.

    ReplyDelete
  13. walah, saya baru tau kalo bli ady ini dosen di IKM. kalo gitu kenal dokter partha dong. bbrp teman jg mahasiswa di sana: citra, ade, dll. mereka temen2 di relawan pendamping ODHA.

    ReplyDelete
  14. Gua Setuju Bange......t. Potensi pariwisata n kesehatan memang perlu ditingkatkan di negara kita

    ReplyDelete
  15. » zulharman,
    Salam kenal, silahkan dilink saya juga sudah link. Menarik sekali FK Universitas Riau memiliki KBK kesehatan pariwisata, boleh dibagi ilmunya ya!!

    » antonemus,
    Iya begitulah, tentu kenal Pak Partha ketua IKM. Wah bli Anton ternyata relawan pendamping ODHA juga, bakal sering ketemu orang2 IKM

    » Anton FF
    Thanks

    ReplyDelete
  16. Hi Bli Made,
    Kebetulan usaha saya Bioma Reflexology & Aromatherapy aalah anggota IPATRI (Ikatan Pengobat Alternatif, Traditional dan Ramuan Indonesia) dan kami ditunjuk Dinas Kesehatan untuk membuat suatu seminar tentang organisasi kami. Dan saat ini kami berencana menyelenggarakan seminar tentang Hubungan Kesehatan dalam menunjang Pariwisata Bali yang rencananya berlangsung di Sanur Paradise pada awal MEI 2008, yang akan dihadiri oleh para pelaku kesehatan dan pariwisata Bali, kurang lebih begitu.

    Untuk itu ide, saran dan usulan tentang acara tersebut dari Bli Made sangat kami harapkan. Tiyang tunggu Bli. Terima Kasih

    ReplyDelete
  17. ngurah maradi:
    Bagus sekali ide seminarnya, sayang saya baru pulang akhir July, jadi ga sempat ikut seminarnya. Beberapa waktu yang lalu PSIKM Unud juga mengadakan seminar yang serupa, silahkan kontak orang2 disana siapa tahu bisa diajak ikut terlibat. Atau lihat blognya di http://usph.wordpress.com

    ReplyDelete

Follow this blog!