05 June 2014

Middle East Respiratory Syndrome (MERS): amankan melakukan perjalanan udara?

Akhir-akhir ini MERS hangat diperbincangkan karena adanya kasus-kasus baru yang bermunculan, dan kekhawatiran akan terjadinya wabah serius seperti kasus SARS pada tahun 2002-2003 yang lalu. Lalu amankah melakukan perjalanan udara terutama ke daerah-daerah dimana penyakit ini mewabah? Berikut kita bahas sekilas mengenai MERS dan upaya pencegahan yang perlu diketahui.

Apa itu MERS?
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan yang pertama kali dilaporkan terjadi di Saudi Arabia pada tahun 2012. Menurut WHO, hingga akhir Mei 2014, sudah 636 kasus yang dikonfirmasi positif MERS dan 193 diantaranya meninggal.
Gambar berikut adalah negara-negara di semenjang Arab yang telah dikonfirmasi memiliki kasus MERS.
Sebaran Kasus MERS
Sebaran kasus MERS di Semenanjung Arab. Source: www.cdc.gov
Untuk kawasan Asia Tenggara, kasus MERS dilaporkan telah terjadi di Malaysia dan Filipina.

Virus penyebab dan cara penularan MERS

MERS disebabkan oleh anggota dari keluarga virus korona (coronavirus) yang diberi nama MERS-CoV. Sebelum memiliki nama pasti, virus ini diberikan nama sementara Novel Coronavirus. Asal virus MERS-CoV belum diketahui secara pasti. Selain pada manusia, virus ini ditemukan pada unta dan kelelawar di Saudi Arabia. Publikasi di New England Journal of Medicine, menyimpulkan penularan terjadi dari unta ke manusia pada satu kasus. Akan tetapi reservoir utama virus belum teridentifikasi.
Untuk diketahui, SARS (Severe acute respiratory syndrome) yang pernah menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat satu dekade yang lalu  juga disebabkan oleh SARS-CoV, keluarga virus yang sama dengan penyebab MERS.
MERS menyebar dari orang sakit ke orang lain melalui kontak dekat, seperti merawat atau tinggal dengan orang yang terinfeksi. Cara penularan MERS yang paling memungkinkan adalah melalui percikan kuman ke udara akibat batuk/bersin (droplet). Akan tetapi, hingga saat ini tidak ada bukti ilmiah yang menemukan bahwa MERS menyebar dari orang ke orang secara berkelanjutan di masyarakat.

Gejala-gejala MERS
Gejala-gejala MERS biasanya muncul setelah 2-14 hari seseorang terinfeksi oleh MERS-CoV. Kebanyakan orang yang dikonfirmasi terinfeksi MERS-CoV mengalami penyakit saluran pernapasan akut yang parah, seperti demam, batuk, dan sesak napas. Beberapa orang yang terinfeksi MERS-CoV juga dilaporkan mengalami gangguan pencernaan seperti diare, mual, dan muntah. Sekitar 30-40% dari mereka yang dikonfirmasi menderita MERS mengalami kematian. Beberapa orang dilaporkan hanya mengalami gangguan saluran pernafasan ringan. Gejala MERS lebih parah pada mereka yang memiliki kekebalan tubuh lemah, seperti usia lanjut dan penderita penyakit kronis. Penderita penyakit menahun (kronis) yang rentan tertular MERS dan memiliki gejala yang biasanya lebih parah adalah pengidap diabetes, kanker, penyakit paru-paru menahun, penyakit jantung dan ginjal kronis.

Upaya pencegahan
Apa saja upaya pencegahan yang bisa dilakukan bagi mereka yang akan melakukan perjalanan ke daerah-daerah yang rawan MERS? Berikut beberapa hal yang perlu diketahui:
  • Hingga saat ini belum ada vaksin khusus yang dapat digunakan untuk mencegah tertular infeksi MERS-CoV.
  • Upaya pencegahan MERS yang paling penting adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
  • Biasakan cuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik, dan minta anggota keluarga yang lain termasuk anak-anak melakukan hal yang sama.
  • Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan cairan pembersih tangan berbahan dasar alkohol.
  • Tutup hidung dan mulut dengan tisu saat batuk atau bersin, dan segera buang tisu di tempat sampah.
  • Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
  • Hindari kontak pribadi, seperti berpelukan, jabat tangan, atau berbagi peralatan makan atau minum, dengan orang yang sakit.
Bagi calon jemaah haji/umrah, dan yang akan melakukan perjalanan ke Semenanjung Arab, berikut beberapa hal tambahan yang perlu diperhatikan:
  • Tunda perjalanan apabila memiliki penyakit menahun seperti kencing manis, kanker, penyakit jantung, paru-paru dan ginjal kronis.
  • Hindari kontak dekat dengan orang yang menunjukkan gejala-gejala MERS seperti batuk dan bersin
  • Selalu gunakan masker bila berada di kerumunan orang banyak.
  • Konsultasi segera dengan petugas kesehatan, jika selama di Saudi Arabia mengalami batuk, demam atau sesak nafas yang memburuk dalam 1-2 hari.
  • Jika mengalami keluhan-keluhan MERS hingga 14 hari setelah tiba di tanah air atau memburuk dalam 1-2 hari, segera berkonsultasi dengan petugas kesehatan.
  • Jangan lupa jaga kondisi secara umum, makan-makanan yang sehat dan bergizi, untuk menjaga daya tahan tubuh.
  • Hindari kontak dengan unta, hindari minum susu unta, hindari  makan daging yang tidak matang dengan baik.
MERS dan perjalanan udara
Hingga saat ini, organisasi kesehatan dunia, WHO, tidak menyarankan penerapan pembatasan perjalanan sehubungan dengan merebaknya kasus MERS. Hingga saat ini tidak ada kasus MERS yang dilaporkan terkait dengan perjalanan udara dan risiko penularan di kabin pesawat juga sangat rendah.
Udara kabin disegarkan berkali-kali selama penerbangan, dan udara segar disirkulasikan melalui HEPA (High-efficiency particulate air) filter. Namun demikian penularan masih mungkin terjadi melaui kontak dekat dengan penumpang lain dan droplet atau percikan kuman ke udara saat batuk atau bersin. Pada penerbangan internasional (dengan waktu yang lama) risiko terjadinya penularan virus MERS-CoV lebih besar.
Jika ada salah satu penumpang dicurigai mengalami MERS, orang-rang berikut dianggap memiliki riwayat kontak dekat atau dicurigai terinfeksi:
  • Penumpang yang duduk pada baris yang sama hingga 2 baris didepan dan 2 baris dibelakang penumpang yang dicurigai menderita MERS
  • Jika salah satu anggota kru kabin dicurigai mengalami MERS, maka semua penumpang pesawat yang pernah dilayani patut dicurigai terinfeksi.
Pada wabah penyakit SARS tahun 2002-2003, penularan saat penerbangan terjadi hingga 7 baris dari tempat duduk penumpang yang terinfeksi.
Mereka yang dicurigai memiliki kontak dekat dengan penumpang yang terinfeksi, wajib dipantau status kesehatannya hingga 2 minggu setelah melakukan perjalanan.
Peranan scanner khusus di airport untuk mendeteksi penumpang yang panas badannya naik, dianggap tidak efektif pada kasus MERS. Setiap maskapai memiliki pedoman bagi kru penerbangan tentang tata cara pelaporan penumpang yang mengalami kejadian sakit, termasuk MERS. Mudah-mudahan pedoman tersebut sudah ada di semua maskapai-maskapai di Indonesia.

No comments:

Post a Comment

Follow this blog!