02 April 2008

Overcoming malnutrition

A health sector approach

Health sector plays an important role in  surmounting malnutrition or undernutrition or undernourished, whatever. Attention should be paid to two common forms of it i.e. protein energy deficiency and micronutrient deficiency, with emphasis on particular underlying conditions in every place.


Pendekatan Sektor Kesehatan untuk Tanggulangi Gizi Buruk
Oleh dr. I Made Ady Wirawan
| Opini | BaliPost 2 April 2008
KEMISKINAN dikatakan menjadi penyebab utama yang mendasari terjadinya malnutrisi dan faktor-faktor determinannya. Padahal tingkat keparahan dan penyebaran kasus kurang gizi sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Di antaranya situasi politik dan ekonomi, tingkat pendidikan dan sanitasi, kondisi cuaca dan musim, produksi bahan makanan, adat dan budaya, prevalensi penyakit infeksi dan efektivitas program-program di bidang gizi yang ada serta ketersediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Secara umum masalah kurang gizi di masyarakat dikelompokkan menjadi defisiensi makronutrien seperti protein, karbohidrat dan lemak yang menyebabkan kurang energi dan protein (KEP), dan defisiensi mikronutrien seperti elektrolit, mineral dan vitamin. Perbaikan manajemen dan pengendalian kurang energi dan protein dan kekurangan mikronutrien akan berkontribusi secara langsung terhadap penanggulangan gizi buruk.

Melihat faktor-faktor yang berpengaruh, tindakan pencegahan untuk mengatasi KEP bisa sangat luas dari strategi peningkatan pendapatan, pendidikan gizi, suplementasi makanan hingga subsidi bahan pangan, serta tindakan lain yang berefek pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum.

Dalam mengatasi KEP yang umumnya terjadi di daerah dengan kondisi miskin, fokus harus diarahan pada kondisi spesifik yang ada. Pengobatan infeksi cacing 3 kali setahun misalnya akan sangat bermanfaat dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penanganan diare yang saling terkait dan seperti membentuk lingkaran setan dengan KEP juga memerlukan perhatian khusus.

Penyuluhan mengenai pentingnya ASI, peningkatan kondisi air bersih dan kebersihan lingkungan, monitoring pertumbuhan anak melalui sarana pelayanan kesehatan telah terbukti sangat efektif. Oleh karena itu hal yang sangat mungkin namun sulit diwujudkan adalah mengaktifkan kembali posyandu-posyandu terutama yang sudah tidak berjalan pada tingkat dusun.

Dalam mengatasi masalah defisiensi mikronutrien, konsumsi makanan yang kaya mikronutrien dan bisa diserap oleh pencernaan merupakan tindakan pencegahan yang paling baik. Di komunitas di mana persediaan makanan-makanan tersebut tidak ada, diperlukan strategi khusus dalam pencegahan dan pengobatan kasus defisiensi mikronutrien.

Suplemen mikronutrien biasanya tersedia di tempat-tempat pelayanan kesehatan dan bisa dikonsumsi secara oral (umumnya tablet) atau (lebih jarang) melalui suntikan. Prioritas harus diberikan kepada populasi yang lebih rentan seperti wanita hamil dan anak-anak. Suplementasi ini sangat dianjurkan pada kasus-kasus kekurangan mikronutrien tertentu saat pendekatan yang lain sudah terlalu terlambat. Meskipun beberapa mikronutrien harus dikonsumsi tiap hari atau minggu (seperti zat besi dan zinc), jenis yang lain bisa tersimpan di dalam tubuh dan hanya perlu diberikan dalam interval bulan atau tahun (seperti vitamin A dan iodium). Akan tetapi cara pemberian, kepatuhan penderita, dan potensi efek samping juga harus dipertimbangkan.

Strategi yang berbasis bahan makanan mungkin menjadi pendekatan yang paling menjanjikan dan berkesinambungan untuk mengatasi masalah gizi buruk. Meningkatkan variasi jenis makanan terutama yang berasal dari kebun dan ternak sendiri juga sangat efektif. Penyuluhan gizi sebaiknya diberikan pada tingkat rumah tangga untuk meningkatkan produksi sayur-sayuran berdaun hijau tua, buah-buahan berwarna kuning dan orange, unggas, telur, ikan dan susu. Program penyuluhan gizi mengenai keberadaan produk pangan yang kaya protein dan mikronutrien di daerah setempat akan sangat efektif dan bekesinambungan.

Strategi yang juga sangat memungkinkan di masa depan adalah mencegah defisiensi mikronutrien ini dengan mengembangkan bibit pertanian yang kaya mikronutrien melalui teknik konvensional ataupun rekayasa genetika.

Karena gizi buruk memiliki banyak faktor penentu, hanya intervensi yang dilakukan secara bersama dan sinergis dalam bentuk program-program yang multisektoral yang bisa efektif. Berbagai langkah nyata diperlukan termasuk intervensi di bidang pertanian, mikronutrien, penyediaan air minum yang aman dan sanitasi yang baik, pendidikan tentang gizi dan makanan, memberikan perhatin khusus kepada kelompok yang rentan serta pengadaan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

11 comments:

  1. wah huebat nih pak dokter... sudah bisa bikin press release :D salut salut salut....

    ReplyDelete
  2. Salam kenal pak dokter.....perlu pantau terus neh, lumayan dapat info untuk kesehatan balita saya yang lagi pertumbuhan...bisa konsultasi gratis kan dok melalui blog ini??? Thanks

    ReplyDelete
  3. sibermedik11:34:00

    Tentang Gizi kerja, sekalian jelasin dok tentang persentase kecukupan gizi (kalau tidak salah KH 40%, Protein 20%,& lupa saya).

    Btw, boleh minta file-file tentang Kedokteran penerbangan dok? tolong di attach aja ke sibermedik@yahoo.com

    ReplyDelete
  4. >ghozan: sambil press release sambil ngeblog :D

    >dede sanur: salam kenal juga, silahkan di halaman Q&A, kalau ada pertanyaan akan saya usahakan mecari jawabannya, suksma udah mampir

    >sibermedik: oke sip gizi kerja nanti akan saya bahas. File2 elektroniknya ga ada, kemaren cuma dapet gratis textbook-nya Human Performance and Limitation in Aviation sama Modul-nya Clinical Aviation Medicine (hardcopy). Kayanya kalo di googling lumayan banyak deh bahan2 online. Coba aja ke websitenya ICAO atau CASA Australia.

    ReplyDelete
  5. sudah ada ga ya penelitian tentang "pengetahuan, sikap dan perilaku" ibu2 terhadap masalah gizi ini?

    Ady Replies:
    Ide bagus sebagai data dasar dalam memilih pendekatan/intervensi yang tepat, penelitiannya kayanya sudah banyak.

    ReplyDelete
  6. salam kenal pak dokter.....
    waah isinya menarik jg, sangat berhubungan bgt ma bhn2 skripsinya maria...
    tp skrg kan jg byk ditemukan gizi buruk pada anak2 yang bukan berasal dari keluarga kalangan ekonomi kurang...mungkin dokter bs menjelaskan atau memberi masukan buat saya....terima kasih
    maria24_dr@yahoo.com

    ReplyDelete
  7. »Maria: Salam kenal juga, thanks sudah mampir. Iya pola konsumsi, faktor lingkungan dan masih banyak determian yang sangat kompleks mengapa gizi buruk tidak hanya pada gol kurang mampu. Pada kelompok ini biasanya lebih ke defisiensi mikronutrien akibat konsumsi junk food misalnya.
    Good luck buat skripsinya ya!

    ReplyDelete
  8. Kami Punya Kasus Gizi Buruk yg kami tangani dgn pemberian PMT, sdh 9 bln. Selama 9 bln tsb berat badannya hanya naik setengah kilogram.Ternyata sama ibu si Balita, susu yg kami berikan dijual utk memberi makan saudara2 si balita yang lain.

    ReplyDelete
  9. » eddo,
    Thanks comment-nya. Disinilah pentingnya mengintegrasikan berbagai program sehingga bisa berjalan efektif. Pemberian susu hendaknya diikuti dengan penyuluhan gizi kesmas, sehingga dalam praktiknya tidak mengalami penyimpangan seperti diatas. Tapi kalau melihat kasusnya mungkin keadaan sosial ekonomi keluarga tersebut sangat kurang sehingga tidak ada pilihan lain. Sangat kompleks dan memerlukan waktu dan peranan peningkatan dan perbaikan pada sektor2 lain.

    ReplyDelete
  10. JOse M. Ribeiro08:37:00

    1. Faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi status gizi anak balita sehingga menderita gizi kurang, gizi sedang, normal dan gizi lebih? serta mohon standar baku terbaru untuk menentukan status gizi balita !
    2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi anemia ibu hamil, dan ibu menyusui ? ( Mohon jawaban dan standar baku yang terbaru).
    3. Ada satu kasus begini; Seorang ibu selalu makan teratur dan mengkonsumsi makanan yang bergizi, akan tetapi berat badannya tidak pernah bertamba dan dinyatakan tetap dalam kategori kurus berdasarkan perhitungan IMTnya.
    Oleh karenanya yang menjadi pertanyaan saya ;Apa penyebabnya sehingga tidak bisa gemuk ?serta apa solusinya untuk jadi gemuk ?
    Thanks and see you next time.

    ReplyDelete
  11. » JOse M. Riberio,
    Thanks buat commentnya, pertanyaanya akan saya jawab dalam satu postingan.. biar tidak kepanjangan disini...

    ReplyDelete

Follow this blog!